Tawadhu Justru Merupakan Hakikat Kesombongan, Begini Penjelasan Gus Baha
Ulama Gus Baha menyatakan bahwa tawadhu justru merupakan sebuah kesombongan.
Seperti diketahui, kesombongan atau takabur merupakan salah satu sifat yang sebaiknya dihindari.
Sedangkan agar terhindar dari sifat sombong maka harus rendah hati atau tawadhu.
Lantas, tawadhu yang seperti apa yang justru diartikan sebagai kesombongan?
Gus Baha terlebih dahulu mengatakan bahwa takabur atau kesombongan merupakan urusan hati yang tidak diketahui.
"Saya mengaku alim itu biasa. Kalau orang khawatirnya takabur, yang niat takabur itu siapa? Takabur itu urusan hati. Yang tahu siapa?" kata Gus Baha.
"Yang takabur itu kamu, saya tidak pernah mengaku alim bagaimana bisa takabur, tidak mengaku alim akhirnya kamu tidak mengajar," imbuhnya.
Gus Baha kemudian memberikan contoh dan menyebut bahwa ketika seseorang merasa tawadhu justru itulah hakikat kesombongan.
"'Kenapa tidak mengaku alim?', 'karena tawadhu, 'berarti kamu mengaku tawadhu. Berarti lebih sombong daripada saya," tutur Gus Baha.
Orang yang merasa dirinya tidak bisa apa-apa itu berarti merasa dirinya tawadhu, orang kok merassa tawadhu," sambungnya.
Pernyataan Gus Baha tersebut seperti telah tercantum dalam kitab Hikam.
"Maka di kitab Hikam ada kata-kata, 'orang yang merasa dirinya tawadu' itu hakikatnya adalah orang yang sombong," ungkap Gus Baha.
Karena tawadhu itu harkat paling tinggi. Ada orang kok merasa tawadhu' berarti dia orang yang sombong," pungkasnya.