Jejajah Cahaya: Ngaji Santai Bareng Gus Baha di Ponpes Al-Qur’an
Para santri pondok pesantren umumnya mendapatkan jam ngaji lebih banyak dibandingkan bulan lainnya.
Ini juga diterapkan di Ponpes Al-Qur’an, Narukan Kragan, milik KH Bahaudin Nur Salim alias Gus Baha.
SELAMA Ramadhan, santri Ponpes Gus Baha mengaji setidaknya selama 7 jam sehari, atau mengikuti pengajian empat waktu dalam sehari.
Ngaji di pesantren Gus Baha diawali setelah para santri selesai jamaah shalat shubuh.
Mereka akan mengikuti ngaji kitab Syajaratul Maarif yang dibacakan Gus Baha, dan biasanya pengajian baru selesai pada pukul 07.00.
Setelah itu santri bebas melaksanakan kegiatan di pesantren.
Namun, lantaran Ponpes tersebut identik dengan tempat para hafidz, di luar ngaji pasan waktu santri dihabiskan dengan menghafalkan Alquran.
Sebab, meski Ramadhan pada waktu-waktu tertentu mereka tetap wajib menyetorkan hafalan Alquran.
Terkadang, santri menghafalkan Alquran di pepohonan yang ada di sekitar Ponpes.
Pengajian Ramadan oleh Gus Baha baru dilanjutkan setelah jamaah shalat zuhur, dengan kitab yang sama.
Para santri hanya istirahat sejenak, lantaran setelah jamaah shalat Ashar mereka akan kembali ngaji pasan.
Pada waktu tersebut, santri akan mengaji dengan adik Gus Baha, KH Zaimul Umam atau Gus Umam.
Kyai yang juga menjabat Ketua DPC PPP Rembang itu membacakan kitab Taklimul Mutaalim, sampai waktu menjelang buka puasa.
Pengajian tidak berhenti di sana karena usai shalat Tarawih, santri akan melanjutkan mengaji dua kitab sekaligus, yaitu Aqidatul Awam dan Syajaratul Maarif.
Kitab Aqidatul Awam diikuti oleh seluruh santri, baik yang pasanan atau santri tetap, baik besar maupun kecil. Setelah itu baru kitab Syajaratul Maarif yang hanya diikuti oleh santri dewasa saja, dua kitab ittu dibaca Gus Baha,” jelas Gus Umam.
Gus Umam menyebut, khusus Ramadan ini sebanyak 500 santri pasan ikut ngaji di Narukan.
Selama Ramadhan berlangsung mereka akan membaur dengan santri tetap yang sudah ada di sana sebelumnya.
Menurut Gus Umam, meski waktu ngaji Ramadan padat namun para santri tetap merasa nyaman dan menikmatinya.
Sebab hampir semua jadwal ngaji, kecuali setelah Ashar, diampu sendiri oleh Gus Baha.
Ratusan santri di sana merasa betah lantaran gaya penyampaian Gus Baha santai dan tidak monoton.
Mungkin mereka nyaman dengan gaya ngaji yang disampaikan Gus Baha. Sehingga meski ngaji lama terasa sebentar. Mereka tidak Nampak suntuk karena ngaji yang disampaikan beliau tidak monoton,” tandasnya.