Puisi 'Rasanya Baru Kemarin' Karya Lukman Hakim Saifuddin untuk Mengenang KH Maimoen Zubair
KH Maimoen Zubair wafat pada 6 Agustus 2019 di RS An Nor Makkah saat akan menunaikan ibadah haji.
Sebagai Amirul Hajj, waktu itu Lukman Hakim Saifuddin masih menjadi Menag dan menjadisalah satu santri yang ikut mengurus prosesi pengurusan dan pemakaman Mbah Moen.
Pengalaman ini meninggalkan kesan dan Kerinduan mendalam bagi Lukman Hakim Syaifuddin.
Kesan dan Kerinduan itu lalu dia tuangkan dalam sebuah puisi yang berjudul "Rasanya Baru Kemarin".
Karya puisi ini dibacakan Lukman Hakim saat peringatan 40 Hari Wafat Mbah Moen di Pesantren Al Anwar Sarang, Rembang.
RASANYA BARU KEMARIN
oleh: Lukman Hakim Saifuddin
Kabar duka itu datang bertubi
Memenuhi grup-grup WA dan japri
Bertebaran banyak sekali
Di media online dan media sosial pun tak terkecuali
Rasanya baru kemarin, Setelah subuhan itu terasa begitu lemas
Membaca kabar duka yg datang deras
Kuterbenam dalam bayang-bayangnya yg melintas bebas Namun seketika datang dorongan untuk segera bergegas
Pengemudi setiaku memacu mobilnya secepat dia bisa
Mengarungi lajur dan jalur jalanan kota
Berpacu dengan mentari pagi yang tak kunjung tampakkan sinarnya
Menuju RS An-Nur di Mekkah di daerah Al-Hijra
Tiba di sana langsung dikerubuti jemaah haji kita
Kusibak kerumunan jemaah tuk mengenali yang bisa kutanya
Lalu dibawanya aku ke pintu yang ketat dijaga
Memasuki suatu ruang yang tak setiap orang bisa berada di dalamnya
Dalam ruangan itu kusaksikan deretan laci-laci besi kekar
Bertingkat berjenjang berbanjar berjajar
Dan dalam deretan laci bagian tengah pada tingkatan dasar Terbujur di sana dengan tenang Kiai Bangsa ulama besar
Kuberlutut menatap wajah teduhnya
dengan mata basah dan bibir bergetar
Kutatap wajahnya tersenyum berbinar
Wajah yang begitu teduh pancarkan sinar
Doa kupanjatkan disertai istighfar
Berbagai kalangan menghubungiku memberi saran Beberapa kiai meminta jenazah dibawa ke Tanah Air untuk dimakamkan
Keluarga dan kerabat berharap di Ma'la dikebumikan
Kami lalu berbenah melaksanakan
Gemuruh tahlil iringi jenazah dimasukkan ke ambulan
Menuju Al-Khalidiyah jenazah akan dimandikan
Ambulan berjalan perlahan di bawah mendung kesedihan awan
Langit menangis meneteskan rintik hujan
Seusai memandikan jasadnya dengan gejolak hati
Sepenuh takdzim membaringkan di atas berlembar kain putih bersih untuk dikafani
Lalu kukecup kening wajahnya nan berseri
Duka nestapa terbasuh semerbak wangi
Pemakaman Jannatul Ma'la disesaki kerumunan orang
Sekerumunan menghadang
Meminta mensalatkan sehingga iringan keranda terhalang
Tak mudah setelahnya mencapai liang
Penta'ziyah berlomba sentuh keranda di tengah tahlil yang terus berkumandang
Simbah dimakamkan di tempat yang beliau citakan
Tak ada bunga-bunga yang ditaburkan
Tiada air wewangian yang disiramkan
Namun bersusul-susulan doa yang dipanjatkan
Simbah pergi meninggalkan kita semua
Namun apakah Simbah benar-benar meninggalkan kita?
Bukankah ajaran, wejangan, dan arahannya
Kan tetap dan terus mengada bersama menjaga kita?
Ragunan, 09-09-2019
Demikian puisi Lukman Hakim Syaifuddin yang berjudul Rasanya Baru Kemarin yang didedikasikan untuk mengenang Mbah Maimoen Zubair. Semoga bermanfaat. ***