Mbah Moen: Orang Baik Itu Ketahuannya ketika sesudah Meninggal
Semasa hidupnya, Almarhum KH. Maimoen Zubair atau Mbah Moen pernah menyampaikan terkait kebaikan seorang manusia.
Dalam sebuah ceramah, mulanya Mbah Moen mengungkapkan bahwa ulang tahun bagi orang Islam yang diingat-ingat itu bukan lahirnya, bukan hidupnya.
“Yang diingat-ingat adalah kematiannya, waktu mati,” kata Mbah Moen
Almarhum mengatakan waktu mati itu, apakah seseorang tersebut mendapatkan petunjuk menetapi agama Islam atau matinya tidak mendapatkan petunjuk.
Syukur-syukur kalau orang itu wafat, wafatnya disaksikan oleh banyak orang, ini orang baik,” katanya.
Itulah yang menurutnya hal sebenarnya yang menjadi angan-angan orang Islam.
Oleh sebab itu, para ulama itu yang diimpikan bukan kelahirannya, tapi wafatnya.
Wafatnya orang alim. Wafatnya Imam Nawawi, Imam Syafi’i sampai dibuat sebuat berkahnya mati,” tutur Mbah Moen.
Almarhum menuturkan madzhab 4 itu yang pertama adalah Abu Hanifah (Imam Hanafi), kedua Imam malik.
“Imam Malik punya murid Imam Syafi’i. Imam Syafi’i punya murid Imam Hambali,” jelasnya.
Mbah Moen mengatakan bahwa ketika Abu Hanifat Wafat bersamaan dengan lahirnya Imam Syafi’i.
Oleh sebab itu, 4 madzhab yang paling terkenal itu adalah Syafi’i karena mendapatkan berkah, di mana hari lahirnya Imam Syafi’i bertepatan dengan wafatnya Abu Hanifah.
Makanya, haul itu nggak ada yang hari lahir. Jadi orang baik itu ketahuannya ketika sudah meninggal. Dihauli,” kata Mbah Moen.
“Ada hari maulid diramaikan, itu khusus untuk Kanjeng Nabi saja,” sambungnya.
Mbah Moen mengatakan bahwa tidak ada wafatnya Nabi itu dihauli, yang ada Maulidir Rasul.
“Maulidnya Kanjeng Nabi,” jelasnya.
Mbah Moen juga menegaskan bahwa yang di-hauli itu hanyalah selain Nabi Muhammad SAW.
Jadi kalau ada orang kok ngaku sama seperti Nabi, itu sebodoh-bodohnya orang,” tutupnya.