Prof Abdul Haris Untuk Gus Baha, Berharap Tak Terseret Politik
Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN MALIKI) Malang, Prof Abdul Haris menuliskan karya sastranya berupa puisi kepada Gus Baha atau K.H. Ahmad Bahauddin Nursalim. Karya sastra puisi itu ia tulis setelah pertemuannya dengan Gus Baha saat pergi ke Pesantren Al-Qur'an Narukan, Kragan, Rembang.
Karya sastra puisi Rektor asal Lamongan itu tak hanya sekadar puisi atas kekagumannya terhadap sosok Gus Baha, melainkan juga mempunyai makna mendalam sekaligus wejangan terhadap salah satu ulama Nahdlatul Ulama (NU) yang berasal dari Rembang itu.
Prof Abdul Haris, membenarkan jika maksud puisi tersebut menyimpan saran bagi Gus Baja dari dirinya. Sosok Gus Baha, ia kenal melalui media. Namun kakak kandungnya, yang merupakan mantan Wakil Bupati Rembang itu, merupakan sahabatnya di PMII Cabang Malang.
Saya melihat Gus Baha lewat media. Saya lihat Gus Baha populer," tulis Prof Abdul Haris melalui pesan WhatsApp, Minggu (21/2/2021).
Karena kepopulerannya itu, dengan selalu banyak masyarakat yang mendengarnya ketika ia berdakwah, Prof Abdul Haris menyarankan untuknya agar tak terlibat politik praktis. Hal itu dimaksudkan agar ia tidak terjebak dalam hal-hal yang pragmatis.
"Saya lihat Gus Baha populer, saya yakin itu efektif untuk dakwah, maka saya sarankan tidak terlibat di politik praktis, biar tidak terjebak pada hal-hal yang pragmatis, agar bisa terus didengar suaranya oleh masyarakat. Itu saja," tuturnya.
Lalu seperti apa karya sastra dari sang Rektor yang sudah menulis ribuan puisi ini untuk Gus Baha?. Berikut kita simak puisi berjudul "Gus Baha Noer Salim, Adik Kandung Kiyai Nazirul Mahasin".
Alhamdulillah bisa hadir bersama keluarga.
Ke Pesantren Al Qur'an Narukan Kragan Rembang sana.
Bertemu kawan lama Gus Mahasin dan Gus Baha.
Meski tidak lama bahkan sebentar lalu ziarah.
Ke maqbarah walid dan saudara mereka berdua.
Membaca al Fatihah dan berdo'a kemudian pulang ke rumah. Tidak banyak bicara, hanya sedikit tentang Kapolda Jawa Tengah. Meski sebentar, namun saling bertanya-tanya. Di dalam hati tanpa menjadi kata yang bersuara.
Kukenal Gus Baha sepintas dalam media, Youtube dan juga kadang dalam berita. Sepertinya sedang populer berkat media massa. Dengan ceramah dan argumen-argumen pakai logika. Sering kali dibumbui dengan gojlokan dan ketawa ria.
Mungkin ini dakwah ilmiah namun mudah dan disuka.
Banyak yang datang dan mengundang untuk ceramah.
Biasa pasti ada saja yang diungkap berbeda-beda.
Tampang orang alim yang memang menjadi profesi sejak muda.
Meski tidak didengar hanya dalam hati.
Bahkan sering aku sampaikan lewat pesan pribadi.
Jika bisa sih Gus Baha tidak jadi politisi.
Kuatir saja pesan utama yang justru esensi.
Akan hilang karena menjadi polarisasi.
Entahlah mengapa aku juga ikut urusan pribadi.
Sebetulnya itu urusan orang lain yang tidak harus peduli. Hanya aku ingat para politisi yang dulu berawal dari dai. Kemudian hilang hanyut menjadi tidak dapat simpati.
Terima kasih Kiyai Nasirul Mahasin ya....
Sudah menerima aku sekeluarga di rumah.
Bahkan sudah diberi makan dan disambut dengan meriah. Semoga Allah membalas kebaikan tak terkira.
Bahkan jika bisa meniru Kiyai Noer Salim sekeluarga.
Selain hafal al Qur'an juga sangat beretika.